Feeds:
Pos
Komentar

Posts Tagged ‘Al Baqarah’

Setelah ayat 2 – 20 menceritakan bagaimana Al Qur’an menjadi petunjuk bagi orang yang bertakwa dan bagaimana 2 golongan lain bersikap terhadap petunjuk Allah, maka ayat 21-22 mengingatkan dan mengajak manusia untuk beribadah walau bagaimanapun perilaku dua golongan terakhir.

Ayat 21

“Hai seluruh manusia, beribadahlah kepada Tuhan kamu yang telah menciptakan kamu dan orang-orang yang sebelum kamu agar kamu bertakwa”.

Dalam ayat ini seluruh manusia diajak untuk beribadah, baik manusia yang sekarang ataupun yang terdahulu.

Untuk apakah ibadah ? Tidak lain berguna untuk kepentingan manusia sang pelaku ibadah tersebut, bukan kepentingan Allah, agar bertakwa. Agar bertakwa dimaksud adalah pengharapan bagi yang melaksanakannya untuk menjadi bertakwa. Bagi manusia yang sudah bertakwa diharapkan mereka akan tetap kuat imannya dan terhindar dari hal-hal yang merusak, sedangkan untuk manusia yang belum bertakwa, beribadah diharapkan untuk terhindar terperosok dalam golongan kafir dan munafik.

Didalam ayat yang berlaku kepada seluruh manusia, masih menunjukkan suatu ‘kebebasan’ apakah beribadah ataupun tidak beribadah. Jika beribadah diharapkan beribadah, jika tidak maka akan masuklan manusia kedalam golongan yang rugi. Seperti halnya Fir’aun dalam QS Al A’raf “Dan sesunggunhya Kami telah menghukum (Fir’aun dan) kaumnya dengan musim kemarau yang panjang dan kekuarangan buah-buahan, agar mereka mengambil pelajaran”. Harapannya adalah agar mereka belajar, namun mereka memilih untuk tetap dalam kesesatan yang akhirnya mereka ditenggelamkan dalam Laut Merah.

Ayat ini mengajak untuk beribadah kepada Tuhan yang menciptakan manusia sekarang maupun dahulu, yaitu Allah. Dan Allah adalah Tuhan yang sama yang menciptakan alam semesta sebagaimana dilanjutkan dalam ayat berikutnya.

Ayat 22

“Dialah Yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagi kamu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan sebagian air dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan air itu buah-buahan sebagai bagian rezeki untuk kamu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kami mengetahui”

Ayat ini sebenarnya dapat dilihat dari berbagai sisi :

1. Menunjukkan kekuasaan dan keesaan Allah sebagai Tuhan Yang Maha Kuasa menciptakan segala sesuatunya. Menciptakan manusia dan alam semesta. Sehingga selanjutnya mengingatkan agar tidak mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah seperti adanya konsep dewa-dewa yang berbeda-beda

2. Menunjukkan sifat Allah yang maha pemurah. Dimana diciptakan bumi seperti hamparan dan air dari langit kemudian memberikan sebagian rezeki berupa buah-buahan yang nikmat. Kata hamparan digunakan menunjukkan sesuatu yang luas dan menyenangkan hati. Seperti penggunaan kata permadani terhampar atau permadani tergelar. Kata terhampar menunjukkan luas dan nikmat

3. Contoh ini mengajak manusia untuk berpikir dan merumuskan suatu ilmu pengetahuan alam :

a. Menciptakan langit sebagai atap. Atap dapat dipahami bagian bangunan diatas rumah yang diharapkan melindungi penghuninya dari suatu keadaan seperti panas. Begitu juga langit dimana diciptakan lapisan-lapisan udara, terutama ozon, yang melindungi manusia dari radiasi matahari. Bayangkanlah ketika ayat ini turun, belum ada manusia yang menyadari ayat ini secara ilmiah karena belum ada yang mengetahui adanya lapisan ozon yang melindungi bumi. Dan sekarang manusia sudah menyadari hal ini dan sekarang sedang terancam karena lapisan atap yang rusak

b. Menurunkan sebagian air dari langit dan kemudian menghasilkan buah-buahan. Ayat ini dapat dipahami bagaimana siklus air yang ada dan manfaatnya untuk menumbuhkan tanaman dan menghasilkan buah-buahan.

Subhanallah !

Read Full Post »

Secara ringkas ada yang menyimpulkan bahwa Al Baqarah ayat 1 – 20 adalah ayat yang menceritakan golongan manusia yaitu golongan mukmin, kafir dan munafik. Tetapi hal tersebut adalah ringkasan yang benar-benar ringkas tetapi bukan kesimpulan.

Maksudnya apa ? Begini

Al Baqarah setelah dimulai dengan Alif Lam Mim dilanjutkan dengan ذَلِكَ الْكِتَابُ لاَ رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِّلْمُتَّقِينَ    yang maksudnya adalah “Itulah al-Kitab, tidak ada keraguan padanya petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa.

Jadi dimulai dulu dengan berita bahwa adanya suatu kitab, yang sangat sempurna untuk menjadi petunjuk, kendati yang mengambil manfaat petunjuk itu adalah orang-orang yang bertaqwa.

Barulah selanjutnya seperti apakah orang-orang yang bertaqwa tersebut ? Dan pada dasarnya karena manusia baru dapat memahami sesuatu maka diberilah perbandingan lain untuk menjelaskan orang-orang yang bertaqwa, sama seperti menjelaskan baik dan buruk, atas dan bawah dan seterusnya.

Golongan mukmin

Mengenai orang yang bertaqwa tersebut adalah orang-orang yang beriman sebagaimana dijelaskan dalam ayat 3 – 5

الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنفِقُونَ

والَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِمَا أُنزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنزِلَ مِن قَبْلِكَ وَبِالآخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ

أُوْلَـئِكَ عَلَى هُدًى مِّن رَّبِّهِمْ وَأُوْلَـئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ 

(yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, yang melaksanakan shalat secara berkesinambungan dan sempurna, dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka

Dan mereka yang beriman kepada yang telah diturunkan kepadamu dan yang telah diturunkan sebelummu, serta tentang akhirat mereka yakin.

Mereka itulah yang berada diatas petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung

Inilah yang menjadi landasan atau yang disebut-sebut sebagai rukun iman.

Yang pertama adalah beriman kepada yang gaib. Gaib dalam pengertian ajaran Islam bermaksud sebagai tidak diketahui hakikatnya, tidak dapat dilihat atau diraba (secara pancaindra). Gaib disini juga mencakup percaya adanya malaikat ataupun ciptaan-ciptaan Allah yang masuk kedalam definisi gaib yang dijelaskan didalam Al Qur’an. Gaib disini akhirnya berpuncak kepada Allah SWT

Dan inilah akidah pertama bagi orang yang beragama pada umumnya, Islam khususnya sebagai perbandingan orang-orang yang tidak percaya kepada Tuhan ataupun yang percaya animisme dinamisme. Keyakinan tentang yang gaib merupakan perpindahan yang sangat jauh dampaknya dalam gambaran manusia tentang wujud serta perasaannya dan tentang kekuasaan serta pengelolaan terhadap alam fisika dan metafisika. Keyakinan itu juga mempunyai dampak yang sangat jauh dalam kehidupannya di bumi ini karena tidak sama keadaan siapa yang hidup dalam wilayah terbatas yang hanya dijangkau oleh indranya dengan yang hidup di alam yang sangat luas, yang dijangkau oleh nalar dan mata hatinya, serta menangkap gema dan kesan-kesan wujud yang luas itu di dalam lubukhatinya. Demikian antara lain penjelasan Sayyid Quthub (M. Quraish Shihab, Tafsir Al Mishbah, vol 1)

Yang kedua adalah sholat. Sholat didalam ayat  وَيُقِيمُونَ الصَّلاةَ   ‘yuqimuna ash-shalah  memang mengambil kata qama yang berarti berdiri namun berarti lebih dalam yaitu penggambaran sesuatu hal yang tegak lurus dan mantap. Sehingga sholat yang dimaksud adalah sholat yang benar, yang sesuai syarat, rukun dan dijalankan secara konsisten

(sebagai catatan saja, bahwa Bahasa Arab adalah bahasa yang sangat kompleks dan sangat akurat untuk menjelaskan kata-kata dari Allah yang begitu indah tersusun dengan pemahaman tegas maupun tersirat)

Yang ketiga adalah menafkahkan sebagian apa yang telah dianugerahkan. Ayat lengkapnya yaitu menafkahkan sebagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka. Dimana ada beberapa hal yang perlu dipahami :1) pengaturan sebagian agar manusia dapat mengatur dengan baik rezeki yang dibutuhkan untuk kepentingan pribadi, keluarga dan siapapun yang butuhkan. Dan agar mengatur kapan rezeki tersebut digunakan, 2) disebutkan adalah Kami. Kami disini mengingatkan bahwa pemberian rezeki tersebut adalah melalui mekanisme dari Allah melalui malaikat dan ciptaan-Nya karena 3) rezeki tersebut berupa anugerah yang luas jenisnya tidak hanya harta saja. Kesehatan, waktu dan lainnya juga adalah anugerah. Dan ini untuk dinafkahkan dengan baik

Yang keempat adalah iman kepada apa yang diturunkan yaitu yang telah diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW (disebut sebagai diturunkan kepadamu) yaitu Al Qur’an dan yang diturunkan kepada nabi sebelumnya yaitu Taurat, Injil dan Zabur. (pada titik ini penulis merasa bahwa bagi seorang pemula seperti penulis ada pertanyaan mengenai bagaimana keimanan ini dijalankan dan bagaimana hubungan Al Qur’an dengan kitab-kitab lain. Rasanya penulis pernah ingat ada ceramah mengenai hal ini, namun lupa. Insya Allah, akan dapat penjelasannya setelah membaca surah lainnya)

Yang kelima adalah keyakinan akan hari akhir sesuai penjelasan Al Qur’an. Ayat ini menggunakan kata يُوقِنُونَ   yuqinun yaitu pengetahuan yang mantap tentang sesuatu dibarengi dengan tersingkirnya apa yang mengeruhkan pengetahuan itu, baik berupa keraguan maupun dalih-dalih yang dikemukakan lawan.

Orang-orang yang memiliki kelima hal tersebut kemudian di tinggikan oleh Allah SWT sebagai orang-orang yang berada di atas petunjuk. Dan atas orang-orang beriman yang telah ditinggikan tersebut, ditambahkan lagi nikmatnya sebagai orang-orang yang beruntung. Alhamdulillahi rabil alamin.

Hal yang sama juga dijelaskan mengenai dua golongan lain yang berlawanan dengan golongan mukmin dimana siksa mereka juga ditambahkan lagi. Semoga kita tidak masuk kedalam golongan ini. Na’udzubillahi min dzalik (kami berlindung kepada Allah daripada hal ini)

Read Full Post »

Alif Lam Mim. Surah Al Baqarah dimulai dengan penyebutan secara terpisah tiga huruf dari alfabet bahasa Arab; Alif, Lam, Mim. Apa maknanya ? Sejak dahulu hingga kini, ulama ulama berbeda pendapat namun jawaban yang dikemukakan akhirnya adalah ”Hanya Allah yang mengetahui” atau ulama Indonesia akan menyingkat Alif Lam Mim menjadi ALM atau Allah Lebih Mengetahui.

Namun dari perbedaan-perbedaan tersebut ada persamaan :

    1. Terdapat 29 surah yang dibuka dengan huruf-huruf, dimana terpilih 14 huruf. 14 huruf itu jumlahnya setengah dari alfabet bahasa Arab. Jika dirangkai oleh sementara ulama dapat membentuk kalimat ’nash karim qathi’lahu sirr’ yang artinya teks mulia yang bersifat pasti dan memiliki rahasia
    2. Huruf-huruf tersebut mewakili tempat-tempat keluarnya yang kemudian melambangkan suatu hal. Misalnya Alif Lam Mim. Ucapkan alif dimulai dari kerongkongan, lam tempat pengucapan dan keluarnya adalah lidah dengan meletakkannya di langit-langit mulut, sementara mim lahir dari pertemuan bibir atas dan bibir bawah. Dengan demikian alif, lam, mim merupakan awal, tengah dan akhir. Seringkali, setelah penyebutan huruf-huruf itu, yang disebut sesudahnya adalah kitab suci Al Qur’an. Dari sini kemudian ada yang menambahkan bahwa Al Qur’an berbicara tentang awal penciptaan, kehidupan di dunia dan akhir penciptaan yaitu Kiamat.
    3. Dengan Alif Lam Mim, dibuktikan pula bahwa Al Qur’an tidak dapat dibaca tanpa bantuan pengajar. Dari pengertian ini penulis cukup tersentak mengenai apa yang penulis lakukan sekarang (lihat Pendahuluan). Namun penulis memahami bahwa ini adalah awalan untuk mempelajari otodidak melalui banyak bacaan, yang kemudian diharapkan akan dilanjutkan dengan belajar langsung kepada seorang guru.

Read Full Post »

Al  Baqarah. Dinamakan Al Baqrah yang berarti seekor sapi karena didalamnya memuat kisah penyembelihan sapi yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil dan kemudian bagaimana bani Israil menanggapi hal tersebut. Namun bahasan Al Baqarah bukan hanya itu. Dalam 286 ayat, banyak yang dibahasnya. Dengan 286 ayat ini, Al Baqarah diturunkan kurang lebih 10 tahun dimulai dari peristiwa pengalihan kiblat (ayat 142) atau perintah berpuasa (ayat 182) hingga ayt 281.

Mungkin ada pertanyaan mengapa ayat 142 dilihat sebagai ayat Al Baqarah yang pertama turun, bukan ayat yang pertama ? Pertanyaan yang hampir serupa juga dipertanyakan mengapa Al Fatihah adalah surat pembuka padahal Al Alaq lah yang merupakan surat pertama. Dalam tafsir Al Mishbah, M Quraish Shihab ada memberikan penjelasan bagaimana Al Qur’an tersusun secara percetakannya namun saat ini penulis belum memfokuskan pada permasalahn tersebut. Namun ada satu analogi menarik adalah diperumpamakan seperti Presiden yang datang paling terakhir dalam suatu acara namun diposisikan pada baris yang paling depan.

Kembali kepada Al Baqarah, maka pokok-pokok ayatnya adalah sebagai berikut :

Tiga Golongan Manusia dalam menghadapi Al-Qur’an (1-20)

  • Golongan Mukmin (1-5)
  • Golongan Kafir (6-7)
  • Golongan Munafik (8-20)

Keesaan dan kekuasaan Allah SWT (21-39)

  • Perintah menyembah Allah SWT Yang Maha Esa (21-22)
  • Tantangan Allah SWT. kepada Kaum Musyrikin mengenai Al-Qur’an (23-24)
  • Ganjaran bagi orang-orang yang beriman (25)
  • Perumpamaan-perumpamaan dalam Al-Qur’an dan hikmah-hikmahnya (26-27)
  • Bukti-bukti kekuasaan Allah SWT. (28-29)
  • Penciptaan manusia dan penguasaannya di bumi (30-39)

Peringatan Allah SWT. kepada Bani Isra’il (40-141)

  • Beberapa perintah dan larangan Allah SWT. kepada Bani Isra’il (40-48)
  • Perincian nikmat Allah SWT. kepada Bani Isra’il (49-60)
  • Pembalasan terhadap sikap dan perbuatan Bani Isra’il (61)
  • Pahala orang yang beriman (62)
  • Pembalasan terhadap Bani Isra’il yang melanggar perjanjian dengan Allah SWT. (63-66)
  • Kisah penyembelihan Sapi Betina (67-74)
  • Keimanan Orang Yahudi sukar diharapkan (75-82)
  • Bani Isra’il mengingkari janjinya dengan Allah SWT. (83-86)
  • Sikap Orang Yahudi terhadap para rasul dan kitab-kitab yang diturunkan Allah SWT. (87-91)
  • Penyembelihan anak sapi yang dilakukan Bangsa Yahudi merupakan tanda kecenderungan mereka kepada benda (92-96)
  • Memusuhi Malaikat Jibril AS. berarti memusuhi Allah SWT. yang mengutusnya (97-101)
  • Tuduhan Orang Yahudi terhadap Nabi Sulaiman AS. (102-103)
  • Ketidaksopanan orang-orang Yahudi terhadap Nabi Muhammad SAW. dan sahabat-sahabatnya (104-105)
  • Menasakhkan suatu ayat adalah urusan Allah SWT. (106-113)
  • Tindakan-tindakan menghalangi ibadah (114-118)
  • Larangan mengikuti Yahudi dan Nasrani (119-123)
  • Perjanjian dengan Nabi Ibrahim AS. (124-129)
  • Agama Nabi Ibrahim AS. (130-141)

Ka’bah adalah kiblat bagi seluruh umat Islam (142-214)

  • Sekitar pemindahan Ka’bah (142-152)
  • Cobaan berat dalam menegakkan kebenaran (153-157)
  • Manasik Haji (158)
  • Laknat terhadap orang-orang yang menyembunyikan ayat-ayat Allah SWT. dan orang-orang kafir (159-162)
  • Allah SWT Yang Berkuasa dan Yang Menentukan (163-170)
  • Makanan yang Halal dan yang Haram (172-176)
  • Pokok-pokok kebajikan (117)
  • Kisas dan hikmahnya (178-179)
  • Wasiat (180-182)
  • Puasa (183-188)
  • Berjihad dengan jiwa dan harta di jalan Allah SWT. (189-195)
  • Haji (196-203)
  • Perbuatan orang-orang munafik (204-210)
  • Hikmah diutusnya para rasul dan berbagai cobaan bagi para pengikutnya (211-214)

Beberapa Hukum Syariat (215-252)

  • Orang-orang yang diberi nafkah (215)
  • Hukum perang dalam Islam (216-218)
  • Khamr, judi, harta yang dinafkahkan dan pemeliharaan anak yatim (219-220)
  • Pokok-pokok hukum perkawinan, perceraian, dan penyusuan (221-237)
  • Kewajiban mengerjakan shalat biarpun dalam keadaan takut (238-239)
  • Wasiat untuk Istri dan Mutah (240-242)
  • Kewajiban berjihad dan mengeluarkan harta di jalan Allah SWT. (243-252)

Tentang rasul-rasul dan kekuasaan Allah SWT (253-260)

  • Keistimewaan dan perbedaan derajat rasul-rasul (253)
  • Anjuran membelanjakan harta (254)
  • Ayat Kursi (255)
  • Tidak ada paksaan memasuki agama Islam (256-257)
  • Membangkitkan kembali orang-orang yang sudah mati (258-260)

Cara-cara menggunakan harta dan hukum-hukumnya (261-286)

  • Menafkahkan harta di jalam Allah SWT. (261-274)
  • Hukum Riba (275-281)
  • Kesaksian dalam Muamalah (282-283)
  • Pujian Allah SWT. terhadap para maukmin dan do’a mereka (284-286)

Referensi

1. http://id.wikipedia.org/wiki/Surah_Al-Baqarah, Desember 2009

2. M. Quraish Shihab, Tafsir Al Mushbah volume 1, Lentera Hati, Januari 2009

Read Full Post »