Feeds:
Pos
Komentar

Archive for the ‘07. Ayat 40 – 74’ Category

Setelah ayat 40 – 46 mengingatkan Bani Israil nikmat Allah secara ‘umum’ dan bagaimana Bani Israil (ataupun umat manusia) lain tunduk kepada Allah, maka ayat 47 sampai 75 akan berkisah dan mengingatkan beberapa peristiwa untuk dijadikan pelajaran untuk mengingat nikmat yang diberikan

Ayat 47 – 48

 Hai Bani Israil, ingatlah nikmat-Ku yang telah Aku anugerahkan kepada kamu dan (ingat pula) bahwa Aku telah melebihkan kamu atas seluruh alam

Dan jagalah diri kamu dari suatu hari (di mana) seseorang tidak dapat membela orang lain, walau sedikitpun; dan tidak juga diterima syafaat dan tebusan darinya, dan tidaklah mereka akan ditolong

 Sekali lagi Allah mengingatkan nikmat-Nya terlebih-lebih ternyata Bani Israil diberikan kelebihan, diberikan anugerah yang melebihi anugerah-Nya kepada umat-umat lain pada masa itu.

Ada yang memahami bahwa yang mendapat kelebihan itu adalah orangtua dan leluhur Bani Israil, bukan masyarakat Yahudi yang hidup pada masa Nabi Muhammad saw. Namun jelas Quraish Shihab bahwa banyak ulama selanjutnya memahami bahwa nikmat kepada orangtua dapat menjadi nikmat pula kepada keturunan, paling tidak anak keturunan memeroleh kebanggaan atas peroleh orang tua.

Dapat juga dipahami, memang ada di antaranya yang tidak dianugerahkan kepada seluruh sepanjang masa hingga kini. Anugerah dimaksud adalah banyaknya para nabi yang diutus Allah kepada mereka.

Dan dari kelebihan yang diberikan, diingatkan juga agar jangan menjadi sombong, angkuh dan menduga bahwa mereka bebas dari siksa Allah atau paling tidak mereka tidak akan disiksa kecuali beberapa hari dan dengan siksaan yang ringan (baca Al Baqarah 80).

Karena jika mereka tidak menjaga dirinya, maka masing-masing harus bertanggung jawab di suatu hari yang niscaya pasti datang yaitu hari kiamat. Pada hari itu, siapa pun tidak dapat membela orang lain walau sedikitpun. Dan jangan menduga bahwa orangtua, betapapun terhormat dan taatnya kepada Allah, berkemampuan untuk membela, tidak juga orang lain, karena ketika itu tidak juga diterima syafaat dan tebusan darinya, dan tidaklah mereka akan ditolong. Demikian Quraish Shihab menjelaskan.

Jadi, ingatlah semua nikmat yang diberikan-Nya dan jagalah diri jangan sampai nikmat tersebut menjadikan angkuh atau sombong.

Syafa’at

Dari ayat ini muncul istilah syafa’at yang dijelaskan maksudnya sebagai meminta bantuan orang lain untuk bersama-sama memohon kepada yang ditakuti dan disegani. Didunia ini mungkin contohnya seseorang yang telah bersalah, meminta bantuan orang lain agar mendapat pengampunan dari yang berkuasa.

Sedangkan di akhirat, syafa’at tidak akan dapat diberikan dari siapa pun dan untuk siapapun. Ada pemahaman bahwa tidak adanya syafa’at adalah yang bersumber dari orang-orang kafir ataupun mukmin kepada orang kafir. Dan syafa’at yang ada diakhirat adalah syafa’at bagi mereka yang taat dalam rangka meningkatkan derajat mereka, serta bagi mereka yang taubat. Demikian pemahaman penulis dari penjelasan Quraish Shihab.

Adanya syafa’at bagi mereka yang taat dan taubat didukung dan juga diisyaratkan oleh sekian ayat, demikian juga hadits-hadits shahih. 3 ayat dimaksud adalah :

  1. Dan sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah tidak dapat memberi syafa’at, akan tetapi orang yang dapat memberi syafaat ialah orang yang mengakui yang haq dan mereka meyakini (QS Az Zukhruf 43 :86)
  2. Tiadalah berguna syafa’at di sisi Allah melainkan bagi orang yang telah diizinkan-Nya memeroleh syafa’at itu sehingga apabila telah dihilangkan ketakutan dari hati mereka, mereka berkata : ‘Apakah yang telah difirmankan oleh Tuhanmu ?’ Mereka menjawab : ‘Putusan yang benar’, dan Dia-lah Yang Mahatinggi lagi Mahabesar (QS Saba 34 :23)
  3. Orang-orang yang zalim tidak mempunyai teman setia seorangpun dan tidak (pula) mempunyai seorang pemberi syafa’at yang diterima syafaatnya (QS Al Mu’min 40 :18)

Read Full Post »

Ayat 45 – 46

Mintalah pertolongan dengan sabar dan shalat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk

(Yaitu) orang-orang yang menduga keras bahwa mereka akan menemui Tuhan mereka dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya

Quraish Shihab menjelaskan bahwa ada yang memahami ayat ini sebagai lanjutan tuntunan kepada orang-orang Yahudi atas dasar penyebutannya sesudah tuntunan dan kecaman sebelumnya. Ada juga yang memahami sebagai tuntunan kepada kaum muslimin yang taat, baik bagi yang melaksanakan shalat dengan baik maupun bagi yang tidak melakukan shalat sesuai tuntunan yang diajarkan Nabi Muhammad saw.

Yang jelas ayat diatas memerintahkan meminta pertolongan dengan sabar yakni menahan diri dari rayuan menuju nilai rendah dan dengan shalat yakni dengan mengaitkan jiwa dengan Allah swt serta bermohon kepada-Nya. Penjelasannya adalah sebagai berikut :

  1. Dalam ayat itu, ash-shabr/sabar artinya menahan diri dari sesuatu yang tidak berkenan di hati. Ia juga berarti ketabahan. Imam Ghazali mendefinisikan sabar sebagai ketetapan hati melaksanakan tuntunan agama menghadapi rayuan nafsu.
  2. Sedang ash-shalah (shalat), dari segi bahasa adalah doa sedangkan dari segi pengertian syariat Islam adalah “ucapan dan perbuatan tertentu yang dimlai dengan takbir dan diakhiri dengan salam. Shalat juga mengandung pujian kepada Allah atas limpahan karunia-Nya, mengingat Allah dan karunia-Nya mengantar seseorang untuk melaksanakan perintah dan menjauhi larangan-Nya serta mengantarnya tabah menerima cobaan dan tugas yang berat. Demikian, sholat membantu manusia menghadapi segala tugas dan bahkan petaka

Firman-Nya wa innaha lakabiratun illa ala al-khasyiin (dan sesungguhnya ia sungguh berat kecuali bagi orang-orang yang khusuk)  untuk dipahami sebagai berikut :

  1. Sabar dan sholat adalah tidak mudah dipraktikan kecuali oleh mereka yang khusuk.
  2. Sabar dan sholat harus menyatu sebagaimana diisyaratkan oleh penggunaan bentuk tunggal untuk menunjuk keduanya (digunakan innaha –tunggal bukan innahuma –jamak)

Orang yang khusuk sebagaimana dijelaskan dalam ayat 46 adalah orang-orang yang menduga keras bahwa mereka akan menemui Tuhan mereka dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya. (Alladziina yazhunnuuna annahum mulaaquu rabihim wa annahum ilaihi raajiuun)

Yazhunnuun ada yang memahaminya dalam arti yakin dan ada juga memahaminya seperti makna kebahasaan kata itu, yakni dugaan keras, walaupun belum sampai tingkat yakin. Pemahaman menduga keras tergambar sekali toleransi Allah terhadap bisikan-bisikan hati, yang sesekali dapat timbul dalam benak mempertanyakan objek-objek keimanan.  Menduga keras adalah cukup beralasan karena tidak seorang pun yang dapat memastikan atau yakin bahwa dia akan dapat menemui Allah dalam keadaan Yang Mahakuasa itu ridha padanya.

Mengapa orang-orang yang meyakini adanya hari Pembalasan, atau yang menduga keras keniscayaannya atau ganjaran Ilahi, dikecualikan dari rasa beratnya shalat dan sabar ? Para ulama menjawab karena yang tergambar dalam benak mereka ketika itu adalah ganjaran Ilahi, dan ini menjadikan mereka menilai ringan beban dan cobaan-cobaan yang mereka alami.

Read Full Post »

Ayat 44

Apakah kamu menyuruh orang melakukan aneka kebajikan dan kamu melupakan diri kamu sendiri, padahal kamu membaca kitab suci. Tidakkah kamu berakal?”

Quraish Shihab menjelaskan bahwa ayat ini menurutal-Biqa’i mengecam pemuka-pemuka agama Yahudi, yang sering kali memberi tuntunan tetapi melakukan sebaliknya. Quraish Shihab selanjutnya mengingatkan bahwa ayat ini memang turun dalam konteks kecaman kepada para pemuka Bani Israil, ia tertuju pula kepada setiap orang terutama para muballigh dan para pemuka agama.

Dalam sebuah riwayat dikemukakan bahwa ada orang-orang Yahudi yang menyuruh keluarganya yang telah memeluk agama Islam agar mempertahankan keyakinan mereka dan terus mengikuti Nabi Muhammad saw.

Dalam kasus lain, di antara Bani Israil ada yang menyuruh berbuat aneka kebijakan, seperti taat kepada Allah, jujur, membantu orang lain dan sebagainya, tetapi mereka sendiri durhaka, menganiaya dan khianat.

Quraish Shihab berpendapat bahwa ada 2 hal yang seharusnya menghalangi pemuka-pemuka agama itu melupakan diri mereka. Pertama, mereka menyuruh orang lain berbuat baik yang berarti pastilah mengingat bahwa sesuatu itu baik. Sungguh anehbila mereka melupakannya. Kedua, mereka membaca kitab suci. Bacaan tersebut seharusnya mengingatkan mereka.

Tapi ternyata tahu akan hal baik dan membaca kitab suci tidak membuat mereka menjalankan untuk dirinya sendiri. Wajarlah mereka dikecam

Read Full Post »

Ayat berikut adalah lanjutan tuntunan kepada Bani Israil. Jika sebelumnya mereka dilarang terjerumus dalam kesesatan maka kali ini mereka dilarang menyesatkan (red – disarankan untuk membaca artikel sebelumnya tentang ayat 40 – 41 sebelum membaca artikel ini untuk memahami kesatuan ayat-ayatnya)

 Ayat 42.

 Dan janganlah campur adukkan yang haq dengan yang batil dan janganlah sembunyikan yang haq itu, sedangkan kamu mengetahui.

 Dari ayat ini Quraish Shihab menjelaskan bahwa ada 2 cara yang dilakukan penyesat untuk mencapai tujuannya. Secara ringkasnya adalah sebagai berikut

  1. Mencampur adukan yang benar dengan kebohongan. Suatu propaganda yang mengandung kebenaran diselipkan dengan kebohongan-kebohongan yang sangat halus yang hamper tidak terasa kecuali oleh orang yang sangat jeli
  2. Suatu kebenaran disembunyikan. Sang penyesat tidak menyampaikan hal yang bohong, tetapi melainkan tidak menyampaikan suatu kebenaran disaat dibutuhkan padahal seseorang itu mengetahuinya

Kedua hal diatas dilakukan oleh orang-orang Yahudi. Yang pertama mengubah sekian ayat dari kitab Taurat, dan memasukan yang bukan firman Allah ke dalamnya seraya mengatakan bahwa itu adalah firman-Nya. Yang kedua dengan menyembunyikan sekian banyak ayat, antara lain tentang kenabian Muhammad Saw

Ayat 43.

Laksanakanlah sholat (dengan sempurna), dan tunaikanlah zakat, serta rukuklah bersama orang-orang yang rukuk”

 Setelah ayat sebelumnya mengajak memeluk Islam dan meninggalkan kesesatan dan penyesatan, maka perintah utama yang disampaikan setelahnya adalah shalat, zakat dan ditutup dengan rukuk bersama orang-orang yang rukuk.

Sholat dan Zakat, jelas Quraish Shihab, adalah dua kewajiban pokok yang merupakan pertanda hubungan harmonis, shalat hubungan dengan Allah swt, dan zakat dengan sesama manusia. Sedangkan kewajiban yang lain dicakup dengan perintah rukuk bersama orang-orang yang rukuk dalam arti tunduk dan taat kepada ketentuan Allah sebagaimana dan bersama orang-orang yang taat dan tunduk.

Sebelum kita lanjut kepada ayat berikutnya, mari kita baca kembali ayat 40 – 43 sebagai suatu kesatuan, dimana ayat tersebut merupakan tuntunan kepada Bani Israil yang perlu kit abaca sebagai suatu pelajaran bagi kita semua. Mari kita pahami dan coba amalkan tuntunan tersebut :

Hai Bani Isra’il, ingatlah nikmat-Ku yang telah Aku anugerahkan kepada kamu, dan penuhilah janji kamu kepada-Ku niscaya Aku penuhi janji-Ku kepada kamu; dan hanya kepada-Ku-lah kamu harus takut (tunduk)”

“Dan berimanlah kepada apa yang telah Aku turunkan, yang membenarkan apa yang ada pada kamu dan janganlah kamu menjadi orang yang pertama kafir kepadanya, serta janganlah menukarkan ayat-ayat-Ku dengan harga yang sedikit, dan hanya kepada Akulah kamu harus bertakwa

“Dan janganlah campur adukkan yang haq dengan yang batil dan janganlah sembunyikan yang haq itu, sedangkan kamu mengetahui.

“Laksanakanlah sholat (dengan sempurna), dan tunaikanlah zakat, serta rukuklah bersama orang-orang yang rukuk”

Read Full Post »

Kelompok ayat-ayat berikut merupakan uraian tentang Bani Israil. Ayat-ayat tersebut merupakan nasihat dan peringatan kepada Bani Israil yang diharapkan agar orang-orang yang beriman mengambil pelajaran darinya.

 Begitulah kaidah dalam setiap ayat Al-Qur’an sehingga kita bisa mengambil bagian dari setiap ayat Allah swt. Al-Ibratu Bi’umumil Lafzhi La Bikhusus sabab” (Yang harus dijadikan dasar pedoman dalam memahami Al-Qur’an adalah umumnya lafazh, bukan khususnya sebab atau peristiwa yang melatarbelakanginya” .

http://www.taushiyah-online.com/index.php?page=taushiyah/detail_Tausyiah&idT=206

Ayat 40

Hai Bani Isra’il, ingatlah nikmat-Ku yang telah Aku anugerahkan kepada kamu, dan penuhilah janji kamu kepada-Ku niscaya Aku penuji janji-Ku kepada kamu; dan hanya kepada-Ku-lah kamu harus takut (tunduk)”

 Quraish Shihab menjelaskan bahwa ayat diatas ditujukan kepada Bani Israil untuk mengingat nikmat Allah yang telah diberikan agar dapat mengikir rasa dengki dan iri hati yang menyemenyelubungi jiwa Bani Israil. Mereka iri hati kepada Nabi Muhammad Saw, setelah sebelumnya mereka mengharap nabi yang akan diutus adalah dari kelompok mereka. Dengan mengingat nikmat, diharapkan seseorang akan mensyukuri nikmat tersebut. Mengingat nikmat yang diperoleh dapat mengalihkan pikiran dari nikmat yang diperolah orang lain sehingga iri hati tidak akan timbul

 Point nomor 2 diatas penulis ambil sebagai kunci kebahagiaan hidup. Pernah suatu saat penulis merasa gelisah hati, merasa hidup begini-begini saja, ditambah melihat teman yang rasanya semakin sukses. Dan dengan senantiasa mengingat nikmat-Nya, insya Allah rasa gelisah itu dapat teredam

 Selain itu ada beberapa aspek dalam ayat ini yang penulis perhatikan dalam penjelasan Quraish Shihab:

  1. Penggunaan kata ahd / perjanjuan dinilai oleh Thahir Ibn Asyur sebagai salah satu aspek kemukjizatan Al Qur’an. Karena, kata tersebut merupakan kata yang digunakan dalam kitab Taurat. Tetapi ini tidak dikenal kecuali oleh para pemuka agama Yahudi yang bersikap sangat tertutup. Sehingga hal ini sebenarnya menjadi pembuktian bahwa apa yang disampaikan Nabi Muhammad SAW adalah benar-benar wahtu Allah
  2. Firman-Nya : wa iyyaya farhabun : hanya kepada-Ku kamu semua harus takut ditekankan disini karena boleh jadi ada di antara mereka yang tidak melaksanakan janji itu karena takut dikecam, atau disiksa, atau mungkin juga karena melupakan ancaman siksa Allah. Maka, karena itu hendaklah hanya kepada Allah semua harus takut

 Setelah penyampaian ayat diatas, ayat berikutnya melanjutkan tuntunan ayat sebelumnya yakni mengajak mereka untuk memeluk Islam.

 Ayat 41.

Dan berimanlah kepada apa yang telah Aku turunkan, yang membenarkan apa yang ada pada kamu dan janganlah kamu menjadi orang yang pertama kafir kepadanya, serta janganlah menukarkan ayat-ayat-Ku dengan harga yang sedikit, dan hanya kepada Akulah kamu harus bertakwa

 Ayat ini merupakan ajakan untuk beriman kepada Al Qur’an. Digunakan kata ‘apa yang telah Aku turunkan’ menurut Thahir Ibn Asyur bertujuan untuk menegaskan bahwa Al Qur’an bersumber dan diturunkan oleh Allah dan itulah alas an kenapa mereka harus mempercayainya. Dan keyakinan tersebut dikukuhkan bahwa kandungan Al Qur’an membenarkan yang ada pada mereka yaitu kitab Taurat, Zabur dan lain-lain. Quraish Shihab menjelaskan bahwa Al Qur’an membenarkan apa yang ada pada mereka, seharusnya lebih mendorong mereka untuk mempercayainya

 Tiga hal lagi yang diingatkan adalah setelah diajak beriman adalah :

  • Janganlah menjadi orang yang pertama kafir kepada Al Qur’an setelah mereka meyakininya. Penulis melihat sekarang-sekarang ini banyak orang yang mengaku Islam, namun menolak sebagian konsep-konsep dalam Islam
  • Jangan menukarkan ayat-ayat dengan harga sedikit. Bermaksud agar keyakinan tersebut tidak dipengaruhi oleh kemegahan duniawi.
  • Dan terakhir mengingatkan bahwa hanya kepada Allah kita harus bertakwa dimana pada ayat 40 diingatkan bahwa hanya kepada Allah kita harus takut

Read Full Post »