Feeds:
Pos
Komentar

Posts Tagged ‘hari pembalasan’

Setelah ayat 40 – 46 mengingatkan Bani Israil nikmat Allah secara ‘umum’ dan bagaimana Bani Israil (ataupun umat manusia) lain tunduk kepada Allah, maka ayat 47 sampai 75 akan berkisah dan mengingatkan beberapa peristiwa untuk dijadikan pelajaran untuk mengingat nikmat yang diberikan

Ayat 47 – 48

 Hai Bani Israil, ingatlah nikmat-Ku yang telah Aku anugerahkan kepada kamu dan (ingat pula) bahwa Aku telah melebihkan kamu atas seluruh alam

Dan jagalah diri kamu dari suatu hari (di mana) seseorang tidak dapat membela orang lain, walau sedikitpun; dan tidak juga diterima syafaat dan tebusan darinya, dan tidaklah mereka akan ditolong

 Sekali lagi Allah mengingatkan nikmat-Nya terlebih-lebih ternyata Bani Israil diberikan kelebihan, diberikan anugerah yang melebihi anugerah-Nya kepada umat-umat lain pada masa itu.

Ada yang memahami bahwa yang mendapat kelebihan itu adalah orangtua dan leluhur Bani Israil, bukan masyarakat Yahudi yang hidup pada masa Nabi Muhammad saw. Namun jelas Quraish Shihab bahwa banyak ulama selanjutnya memahami bahwa nikmat kepada orangtua dapat menjadi nikmat pula kepada keturunan, paling tidak anak keturunan memeroleh kebanggaan atas peroleh orang tua.

Dapat juga dipahami, memang ada di antaranya yang tidak dianugerahkan kepada seluruh sepanjang masa hingga kini. Anugerah dimaksud adalah banyaknya para nabi yang diutus Allah kepada mereka.

Dan dari kelebihan yang diberikan, diingatkan juga agar jangan menjadi sombong, angkuh dan menduga bahwa mereka bebas dari siksa Allah atau paling tidak mereka tidak akan disiksa kecuali beberapa hari dan dengan siksaan yang ringan (baca Al Baqarah 80).

Karena jika mereka tidak menjaga dirinya, maka masing-masing harus bertanggung jawab di suatu hari yang niscaya pasti datang yaitu hari kiamat. Pada hari itu, siapa pun tidak dapat membela orang lain walau sedikitpun. Dan jangan menduga bahwa orangtua, betapapun terhormat dan taatnya kepada Allah, berkemampuan untuk membela, tidak juga orang lain, karena ketika itu tidak juga diterima syafaat dan tebusan darinya, dan tidaklah mereka akan ditolong. Demikian Quraish Shihab menjelaskan.

Jadi, ingatlah semua nikmat yang diberikan-Nya dan jagalah diri jangan sampai nikmat tersebut menjadikan angkuh atau sombong.

Syafa’at

Dari ayat ini muncul istilah syafa’at yang dijelaskan maksudnya sebagai meminta bantuan orang lain untuk bersama-sama memohon kepada yang ditakuti dan disegani. Didunia ini mungkin contohnya seseorang yang telah bersalah, meminta bantuan orang lain agar mendapat pengampunan dari yang berkuasa.

Sedangkan di akhirat, syafa’at tidak akan dapat diberikan dari siapa pun dan untuk siapapun. Ada pemahaman bahwa tidak adanya syafa’at adalah yang bersumber dari orang-orang kafir ataupun mukmin kepada orang kafir. Dan syafa’at yang ada diakhirat adalah syafa’at bagi mereka yang taat dalam rangka meningkatkan derajat mereka, serta bagi mereka yang taubat. Demikian pemahaman penulis dari penjelasan Quraish Shihab.

Adanya syafa’at bagi mereka yang taat dan taubat didukung dan juga diisyaratkan oleh sekian ayat, demikian juga hadits-hadits shahih. 3 ayat dimaksud adalah :

  1. Dan sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah tidak dapat memberi syafa’at, akan tetapi orang yang dapat memberi syafaat ialah orang yang mengakui yang haq dan mereka meyakini (QS Az Zukhruf 43 :86)
  2. Tiadalah berguna syafa’at di sisi Allah melainkan bagi orang yang telah diizinkan-Nya memeroleh syafa’at itu sehingga apabila telah dihilangkan ketakutan dari hati mereka, mereka berkata : ‘Apakah yang telah difirmankan oleh Tuhanmu ?’ Mereka menjawab : ‘Putusan yang benar’, dan Dia-lah Yang Mahatinggi lagi Mahabesar (QS Saba 34 :23)
  3. Orang-orang yang zalim tidak mempunyai teman setia seorangpun dan tidak (pula) mempunyai seorang pemberi syafa’at yang diterima syafaatnya (QS Al Mu’min 40 :18)

Read Full Post »

Al Fatihah

Al Fatihah yang berarti pembukaan merupakan surah awal dari Al Qur’an.

Surah ini mempunyai 7 ayat yang diturunkan lengkap sebagai keseluruhan surah. Diturunkan di Mekah dimana ayat-ayat yang diturunkan di Mekah banyak membicarakan landasan keagamaan Akidah (lihat artikel kategori Makna Al Qur’an berjudul ‘Akidah’)

Ada yang menyebutnya sebagai intisari dari kandungan Al Qur’an itu sendiri karena ayat yang terkandung didalamnya yaitu :

1. Keimanan

Al Fatihah merangkum cepat konsep keyakinan kepada Allah.

Pada ayat 1 – 3 merupakan pengakuan terhadap Allah dan pujian terhadap sifat-sifat-Nya. Dimulai dengan penyebutan nama Allah yang maha pemurah lagi penyayang , Bismillahirahmanirahim, yang kemudian ayat ini menjadi do’a singkat bagi muslim untuk memulai segala bentuk kegiatan.

Dilanjutkan kepada pengakuan dan pujian kepada Allah yang merupakan Tuhan seluruh semesta alam (Rabbul ‘aalamin), yang mempunyai sifat pemurah lagi penyayang. Lebih dari itu pengakuan ini bermakna bahwa pujian dan ucapan syukur atas suatu nikmat adalah bagi Allah. Mengenai penyebutan Rab dalam Rabbul ’aalamin ada yang mengartikan secara perkataan bahwa tidak hanya berarti Tuhan tetapi memiliki arti yang mendidik dan menumbuhkan. Dimana jika ingin secara eksplist mengacu Tuhan tanpa maksud lain, dapat saja menggunakan perkataan bahasa Arab yaitu Ilah. Oleh karena itu Rabbul’aalamin juga mengingatkan bahwa segala nikmat dari dalam diri dan dalam segala alam adalah dari Allah SWT

Selanjutnya pada ayat ke 4 merupakan keimanan terhadap adanya hari pembalasan. Dimana hari pembalasan ini dikuasai Nya, tidak ada satupun yang dapat terhindat Pada ayat ke 5, menunjukkan betapa penting dan mendasarnya keimanan sehingga tidak cukup perkataan pengakuan tetapi juga dengan tindakan bagi manusia untuk hanya menyembah dan meminta pertolongan kepada Allah. Mengingatkan manusia untuk tidak berlaku syirik, menyembah hal lain atau meminta pertolongan lain (seperti kepada berhala dan jimat)

2. Hukum

Ayat ke 6 menyebutkan permohonan untuk diberi petunjuk jalan yang lurus. Jalan yang lurus itu menuju kepada kebahagiaan dunia dan akhirat dimana hukum-hukum yang akan di jelaskan didalam ayat lain adalah bertujuan untuk hal tersebut. (lihat artikel kategori Makna Al Qur’an berjudul ‘Hukum’) 3. Kisah – kisah Jalan yang lurus itu adalah jalan untuk orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah, bukan orang yang dimurkai oleh Allah dan bukan orang yang sesat. Didalam Al Qur’an akan banyak kisah-kisah mengenai orang-orang tersebut. (lihat juga artikel – artikel dalam kategori Makna Al Qur’an bagaimana metode Al Qur’an memberikan pengajaran kepada manusia dari penghafalan dan doktrin hingga penceritaan kisah-kisah agar manusia belajar dari kejadian yang telah ada dan untuk memikirikan hal tersebut)

Read Full Post »