Feeds:
Pos
Komentar

Posts Tagged ‘shalat’

Ayat 45 – 46

Mintalah pertolongan dengan sabar dan shalat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk

(Yaitu) orang-orang yang menduga keras bahwa mereka akan menemui Tuhan mereka dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya

Quraish Shihab menjelaskan bahwa ada yang memahami ayat ini sebagai lanjutan tuntunan kepada orang-orang Yahudi atas dasar penyebutannya sesudah tuntunan dan kecaman sebelumnya. Ada juga yang memahami sebagai tuntunan kepada kaum muslimin yang taat, baik bagi yang melaksanakan shalat dengan baik maupun bagi yang tidak melakukan shalat sesuai tuntunan yang diajarkan Nabi Muhammad saw.

Yang jelas ayat diatas memerintahkan meminta pertolongan dengan sabar yakni menahan diri dari rayuan menuju nilai rendah dan dengan shalat yakni dengan mengaitkan jiwa dengan Allah swt serta bermohon kepada-Nya. Penjelasannya adalah sebagai berikut :

  1. Dalam ayat itu, ash-shabr/sabar artinya menahan diri dari sesuatu yang tidak berkenan di hati. Ia juga berarti ketabahan. Imam Ghazali mendefinisikan sabar sebagai ketetapan hati melaksanakan tuntunan agama menghadapi rayuan nafsu.
  2. Sedang ash-shalah (shalat), dari segi bahasa adalah doa sedangkan dari segi pengertian syariat Islam adalah “ucapan dan perbuatan tertentu yang dimlai dengan takbir dan diakhiri dengan salam. Shalat juga mengandung pujian kepada Allah atas limpahan karunia-Nya, mengingat Allah dan karunia-Nya mengantar seseorang untuk melaksanakan perintah dan menjauhi larangan-Nya serta mengantarnya tabah menerima cobaan dan tugas yang berat. Demikian, sholat membantu manusia menghadapi segala tugas dan bahkan petaka

Firman-Nya wa innaha lakabiratun illa ala al-khasyiin (dan sesungguhnya ia sungguh berat kecuali bagi orang-orang yang khusuk)  untuk dipahami sebagai berikut :

  1. Sabar dan sholat adalah tidak mudah dipraktikan kecuali oleh mereka yang khusuk.
  2. Sabar dan sholat harus menyatu sebagaimana diisyaratkan oleh penggunaan bentuk tunggal untuk menunjuk keduanya (digunakan innaha –tunggal bukan innahuma –jamak)

Orang yang khusuk sebagaimana dijelaskan dalam ayat 46 adalah orang-orang yang menduga keras bahwa mereka akan menemui Tuhan mereka dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya. (Alladziina yazhunnuuna annahum mulaaquu rabihim wa annahum ilaihi raajiuun)

Yazhunnuun ada yang memahaminya dalam arti yakin dan ada juga memahaminya seperti makna kebahasaan kata itu, yakni dugaan keras, walaupun belum sampai tingkat yakin. Pemahaman menduga keras tergambar sekali toleransi Allah terhadap bisikan-bisikan hati, yang sesekali dapat timbul dalam benak mempertanyakan objek-objek keimanan.  Menduga keras adalah cukup beralasan karena tidak seorang pun yang dapat memastikan atau yakin bahwa dia akan dapat menemui Allah dalam keadaan Yang Mahakuasa itu ridha padanya.

Mengapa orang-orang yang meyakini adanya hari Pembalasan, atau yang menduga keras keniscayaannya atau ganjaran Ilahi, dikecualikan dari rasa beratnya shalat dan sabar ? Para ulama menjawab karena yang tergambar dalam benak mereka ketika itu adalah ganjaran Ilahi, dan ini menjadikan mereka menilai ringan beban dan cobaan-cobaan yang mereka alami.

Read Full Post »

Secara ringkas ada yang menyimpulkan bahwa Al Baqarah ayat 1 – 20 adalah ayat yang menceritakan golongan manusia yaitu golongan mukmin, kafir dan munafik. Tetapi hal tersebut adalah ringkasan yang benar-benar ringkas tetapi bukan kesimpulan.

Maksudnya apa ? Begini

Al Baqarah setelah dimulai dengan Alif Lam Mim dilanjutkan dengan ذَلِكَ الْكِتَابُ لاَ رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِّلْمُتَّقِينَ    yang maksudnya adalah “Itulah al-Kitab, tidak ada keraguan padanya petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa.

Jadi dimulai dulu dengan berita bahwa adanya suatu kitab, yang sangat sempurna untuk menjadi petunjuk, kendati yang mengambil manfaat petunjuk itu adalah orang-orang yang bertaqwa.

Barulah selanjutnya seperti apakah orang-orang yang bertaqwa tersebut ? Dan pada dasarnya karena manusia baru dapat memahami sesuatu maka diberilah perbandingan lain untuk menjelaskan orang-orang yang bertaqwa, sama seperti menjelaskan baik dan buruk, atas dan bawah dan seterusnya.

Golongan mukmin

Mengenai orang yang bertaqwa tersebut adalah orang-orang yang beriman sebagaimana dijelaskan dalam ayat 3 – 5

الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنفِقُونَ

والَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِمَا أُنزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنزِلَ مِن قَبْلِكَ وَبِالآخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ

أُوْلَـئِكَ عَلَى هُدًى مِّن رَّبِّهِمْ وَأُوْلَـئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ 

(yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, yang melaksanakan shalat secara berkesinambungan dan sempurna, dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka

Dan mereka yang beriman kepada yang telah diturunkan kepadamu dan yang telah diturunkan sebelummu, serta tentang akhirat mereka yakin.

Mereka itulah yang berada diatas petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung

Inilah yang menjadi landasan atau yang disebut-sebut sebagai rukun iman.

Yang pertama adalah beriman kepada yang gaib. Gaib dalam pengertian ajaran Islam bermaksud sebagai tidak diketahui hakikatnya, tidak dapat dilihat atau diraba (secara pancaindra). Gaib disini juga mencakup percaya adanya malaikat ataupun ciptaan-ciptaan Allah yang masuk kedalam definisi gaib yang dijelaskan didalam Al Qur’an. Gaib disini akhirnya berpuncak kepada Allah SWT

Dan inilah akidah pertama bagi orang yang beragama pada umumnya, Islam khususnya sebagai perbandingan orang-orang yang tidak percaya kepada Tuhan ataupun yang percaya animisme dinamisme. Keyakinan tentang yang gaib merupakan perpindahan yang sangat jauh dampaknya dalam gambaran manusia tentang wujud serta perasaannya dan tentang kekuasaan serta pengelolaan terhadap alam fisika dan metafisika. Keyakinan itu juga mempunyai dampak yang sangat jauh dalam kehidupannya di bumi ini karena tidak sama keadaan siapa yang hidup dalam wilayah terbatas yang hanya dijangkau oleh indranya dengan yang hidup di alam yang sangat luas, yang dijangkau oleh nalar dan mata hatinya, serta menangkap gema dan kesan-kesan wujud yang luas itu di dalam lubukhatinya. Demikian antara lain penjelasan Sayyid Quthub (M. Quraish Shihab, Tafsir Al Mishbah, vol 1)

Yang kedua adalah sholat. Sholat didalam ayat  وَيُقِيمُونَ الصَّلاةَ   ‘yuqimuna ash-shalah  memang mengambil kata qama yang berarti berdiri namun berarti lebih dalam yaitu penggambaran sesuatu hal yang tegak lurus dan mantap. Sehingga sholat yang dimaksud adalah sholat yang benar, yang sesuai syarat, rukun dan dijalankan secara konsisten

(sebagai catatan saja, bahwa Bahasa Arab adalah bahasa yang sangat kompleks dan sangat akurat untuk menjelaskan kata-kata dari Allah yang begitu indah tersusun dengan pemahaman tegas maupun tersirat)

Yang ketiga adalah menafkahkan sebagian apa yang telah dianugerahkan. Ayat lengkapnya yaitu menafkahkan sebagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka. Dimana ada beberapa hal yang perlu dipahami :1) pengaturan sebagian agar manusia dapat mengatur dengan baik rezeki yang dibutuhkan untuk kepentingan pribadi, keluarga dan siapapun yang butuhkan. Dan agar mengatur kapan rezeki tersebut digunakan, 2) disebutkan adalah Kami. Kami disini mengingatkan bahwa pemberian rezeki tersebut adalah melalui mekanisme dari Allah melalui malaikat dan ciptaan-Nya karena 3) rezeki tersebut berupa anugerah yang luas jenisnya tidak hanya harta saja. Kesehatan, waktu dan lainnya juga adalah anugerah. Dan ini untuk dinafkahkan dengan baik

Yang keempat adalah iman kepada apa yang diturunkan yaitu yang telah diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW (disebut sebagai diturunkan kepadamu) yaitu Al Qur’an dan yang diturunkan kepada nabi sebelumnya yaitu Taurat, Injil dan Zabur. (pada titik ini penulis merasa bahwa bagi seorang pemula seperti penulis ada pertanyaan mengenai bagaimana keimanan ini dijalankan dan bagaimana hubungan Al Qur’an dengan kitab-kitab lain. Rasanya penulis pernah ingat ada ceramah mengenai hal ini, namun lupa. Insya Allah, akan dapat penjelasannya setelah membaca surah lainnya)

Yang kelima adalah keyakinan akan hari akhir sesuai penjelasan Al Qur’an. Ayat ini menggunakan kata يُوقِنُونَ   yuqinun yaitu pengetahuan yang mantap tentang sesuatu dibarengi dengan tersingkirnya apa yang mengeruhkan pengetahuan itu, baik berupa keraguan maupun dalih-dalih yang dikemukakan lawan.

Orang-orang yang memiliki kelima hal tersebut kemudian di tinggikan oleh Allah SWT sebagai orang-orang yang berada di atas petunjuk. Dan atas orang-orang beriman yang telah ditinggikan tersebut, ditambahkan lagi nikmatnya sebagai orang-orang yang beruntung. Alhamdulillahi rabil alamin.

Hal yang sama juga dijelaskan mengenai dua golongan lain yang berlawanan dengan golongan mukmin dimana siksa mereka juga ditambahkan lagi. Semoga kita tidak masuk kedalam golongan ini. Na’udzubillahi min dzalik (kami berlindung kepada Allah daripada hal ini)

Read Full Post »

Al  Baqarah. Dinamakan Al Baqrah yang berarti seekor sapi karena didalamnya memuat kisah penyembelihan sapi yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil dan kemudian bagaimana bani Israil menanggapi hal tersebut. Namun bahasan Al Baqarah bukan hanya itu. Dalam 286 ayat, banyak yang dibahasnya. Dengan 286 ayat ini, Al Baqarah diturunkan kurang lebih 10 tahun dimulai dari peristiwa pengalihan kiblat (ayat 142) atau perintah berpuasa (ayat 182) hingga ayt 281.

Mungkin ada pertanyaan mengapa ayat 142 dilihat sebagai ayat Al Baqarah yang pertama turun, bukan ayat yang pertama ? Pertanyaan yang hampir serupa juga dipertanyakan mengapa Al Fatihah adalah surat pembuka padahal Al Alaq lah yang merupakan surat pertama. Dalam tafsir Al Mishbah, M Quraish Shihab ada memberikan penjelasan bagaimana Al Qur’an tersusun secara percetakannya namun saat ini penulis belum memfokuskan pada permasalahn tersebut. Namun ada satu analogi menarik adalah diperumpamakan seperti Presiden yang datang paling terakhir dalam suatu acara namun diposisikan pada baris yang paling depan.

Kembali kepada Al Baqarah, maka pokok-pokok ayatnya adalah sebagai berikut :

Tiga Golongan Manusia dalam menghadapi Al-Qur’an (1-20)

  • Golongan Mukmin (1-5)
  • Golongan Kafir (6-7)
  • Golongan Munafik (8-20)

Keesaan dan kekuasaan Allah SWT (21-39)

  • Perintah menyembah Allah SWT Yang Maha Esa (21-22)
  • Tantangan Allah SWT. kepada Kaum Musyrikin mengenai Al-Qur’an (23-24)
  • Ganjaran bagi orang-orang yang beriman (25)
  • Perumpamaan-perumpamaan dalam Al-Qur’an dan hikmah-hikmahnya (26-27)
  • Bukti-bukti kekuasaan Allah SWT. (28-29)
  • Penciptaan manusia dan penguasaannya di bumi (30-39)

Peringatan Allah SWT. kepada Bani Isra’il (40-141)

  • Beberapa perintah dan larangan Allah SWT. kepada Bani Isra’il (40-48)
  • Perincian nikmat Allah SWT. kepada Bani Isra’il (49-60)
  • Pembalasan terhadap sikap dan perbuatan Bani Isra’il (61)
  • Pahala orang yang beriman (62)
  • Pembalasan terhadap Bani Isra’il yang melanggar perjanjian dengan Allah SWT. (63-66)
  • Kisah penyembelihan Sapi Betina (67-74)
  • Keimanan Orang Yahudi sukar diharapkan (75-82)
  • Bani Isra’il mengingkari janjinya dengan Allah SWT. (83-86)
  • Sikap Orang Yahudi terhadap para rasul dan kitab-kitab yang diturunkan Allah SWT. (87-91)
  • Penyembelihan anak sapi yang dilakukan Bangsa Yahudi merupakan tanda kecenderungan mereka kepada benda (92-96)
  • Memusuhi Malaikat Jibril AS. berarti memusuhi Allah SWT. yang mengutusnya (97-101)
  • Tuduhan Orang Yahudi terhadap Nabi Sulaiman AS. (102-103)
  • Ketidaksopanan orang-orang Yahudi terhadap Nabi Muhammad SAW. dan sahabat-sahabatnya (104-105)
  • Menasakhkan suatu ayat adalah urusan Allah SWT. (106-113)
  • Tindakan-tindakan menghalangi ibadah (114-118)
  • Larangan mengikuti Yahudi dan Nasrani (119-123)
  • Perjanjian dengan Nabi Ibrahim AS. (124-129)
  • Agama Nabi Ibrahim AS. (130-141)

Ka’bah adalah kiblat bagi seluruh umat Islam (142-214)

  • Sekitar pemindahan Ka’bah (142-152)
  • Cobaan berat dalam menegakkan kebenaran (153-157)
  • Manasik Haji (158)
  • Laknat terhadap orang-orang yang menyembunyikan ayat-ayat Allah SWT. dan orang-orang kafir (159-162)
  • Allah SWT Yang Berkuasa dan Yang Menentukan (163-170)
  • Makanan yang Halal dan yang Haram (172-176)
  • Pokok-pokok kebajikan (117)
  • Kisas dan hikmahnya (178-179)
  • Wasiat (180-182)
  • Puasa (183-188)
  • Berjihad dengan jiwa dan harta di jalan Allah SWT. (189-195)
  • Haji (196-203)
  • Perbuatan orang-orang munafik (204-210)
  • Hikmah diutusnya para rasul dan berbagai cobaan bagi para pengikutnya (211-214)

Beberapa Hukum Syariat (215-252)

  • Orang-orang yang diberi nafkah (215)
  • Hukum perang dalam Islam (216-218)
  • Khamr, judi, harta yang dinafkahkan dan pemeliharaan anak yatim (219-220)
  • Pokok-pokok hukum perkawinan, perceraian, dan penyusuan (221-237)
  • Kewajiban mengerjakan shalat biarpun dalam keadaan takut (238-239)
  • Wasiat untuk Istri dan Mutah (240-242)
  • Kewajiban berjihad dan mengeluarkan harta di jalan Allah SWT. (243-252)

Tentang rasul-rasul dan kekuasaan Allah SWT (253-260)

  • Keistimewaan dan perbedaan derajat rasul-rasul (253)
  • Anjuran membelanjakan harta (254)
  • Ayat Kursi (255)
  • Tidak ada paksaan memasuki agama Islam (256-257)
  • Membangkitkan kembali orang-orang yang sudah mati (258-260)

Cara-cara menggunakan harta dan hukum-hukumnya (261-286)

  • Menafkahkan harta di jalam Allah SWT. (261-274)
  • Hukum Riba (275-281)
  • Kesaksian dalam Muamalah (282-283)
  • Pujian Allah SWT. terhadap para maukmin dan do’a mereka (284-286)

Referensi

1. http://id.wikipedia.org/wiki/Surah_Al-Baqarah, Desember 2009

2. M. Quraish Shihab, Tafsir Al Mushbah volume 1, Lentera Hati, Januari 2009

Read Full Post »